FinInfo- Mulai 1 Januari 2027, semua perusahaan di Indonesia wajib menyajikan laporan keuangan dengan aturan baru PSAK 118. Standar ini diadopsi dari IFRS 18 dan diterbitkan untuk menjawab kebutuhan investor dan pemangku kepentingan yang selama ini kesulitan membandingkan laporan antarperusahaan.
Sebelumnya, laporan laba rugi disusun dengan cara yang berbeda-beda sehingga informasi penting sering tertutup oleh data lain, dan tujuannya sederhana yaitu memberikan laporan yang lebih jelas, transparan, dan konsisten sehingga pembaca bisa menilai prospek arus kas masa depan perusahaan dan mengevaluasi bagaimana manajemen mengelola sumber daya.
Ada beberapa poin penting yang membedakan PSAK 118 dari standar lama (PSAK 201):
- Kategori baru dalam laba rugi
Semua penghasilan dan beban harus dikelompokkan ke dalam 5 kategori:
- Operasi
- Investasi
- Pendanaan
- Pajak penghasilan
- Operasi yang dihentikan
Contoh: Pendapatan dari penjualan produk masuk ke operasi, sementara keuntungan dari penjualan saham perusahaan lain masuk ke investasi.
- Ukuran Kinerja Tetapan Manajemen (UKTM)
Jika manajemen punya ukuran kinerja khusus (misalnya EBITDA yang disesuaikan), maka angka itu tetap boleh digunakan, tetapi harus direkonsiliasi dengan subtotal resmi dalam laporan. Tujuannya agar pembaca tidak bingung dengan “versi manajemen” - Aturan agregasi & disagregasi
Informasi penting tidak boleh dicampur begitu saja. Label seperti “lainnya” hanya boleh dipakai jika memang tidak ada kategori yang lebih jelas. Perusahaan juga harus mengungkapkan rincian beban berdasarkan sifatnya, misalnya depresiasi, gaji, atau kerugian penurunan nilai. - Transisi wajib retrospektif
Pada tahun pertama penerapan, perusahaan harus menyajikan kembali laporan tahun sebelumnya sesuai format baru dan membuat rekonsiliasi antara laporan lama dan laporan versi PSAK 118.
Penerapan PSAK 118 ini akan membuat laporan keuangan perusahaan menjadi lebih transparan sehingga investor lebih mudah memahami asal penghasilan dan beban, strukturnya lebih seragam antarperusahaan, meski di awal membutuhkan penyesuaian sistem, format, serta pelatihan staf, dan sekaligus memengaruhi standar lain seperti PSAK 207 tentang laporan arus kas serta PSAK 233 mengenai laba per saham.
Oleh karena itu, mulai sekarang perusahaan sebaiknya melatih tim keuangan mengenai format PSAK 118, untuk melakukan simulasi laporan dengan kategori baru, serta mengomunikasikan perubahan ini kepada manajemen dan pemegang saham agar transisi menuju standar baru tersebut dapat berjalan mulus tanpa mengganggu penyajian laporan keuangan.
Format baru ini memang menambah pekerjaan administratif, tapi manfaatnya jauh lebih besar yaitu membuat laporan yang lebih transparan, konsisten, dan mudah dipahami. Sehingga PSAK 118 membawa laporan keuangan Indonesia lebih sejajar dengan standar global.
_DM_